MAKASSAR,Setiap masa ada orangnya. Sebaliknya, Setiap orang ada masanya. Begitulah ungkapan Asdar Akbar, President FOSSNA for Pilpres 2024 saat diskusi Politik di Black Canyon Coffee baru baru ini.
Menurutnya, politik itu kepastian adalah ketidakpastian. Politik selalu cair setiap saat di dalam yang ruang luas bahkan ruang sempit dimana kepentingan hadir sebagai keniscayaan.
Secara gamblang jendlap bintangtop menjelaskan bahwa sukses dalam dunia politik itu tidak boleh diharapkan datang secara tiba-tiba, akan tetapi harus dirancang dengan setumpuk taktik dan strategi dalam jarak yang panjang.
Seperti Prof HM Nurdin Abdullah. Ia melakukan perjalanan panjang membangun kepribadian, SDM, membuktikan baktinya membangun dirinya lebih luas sampai akhirnya rakyat datang menjemputnya menjadi Bupati Bantaeng.
Perjalanan panjang menjadi Bupati, Prof Nurdin Abdullah tak mau kehilangan momentum. Jabatan Bupati itu dimanfaatkan dengan baik dalam masa yang panjang selama 10 tahun. Beliau tekun, sabar, ikhlas bersungguh-sungguh membangun Bantaeng yang dahulu tertinggal menjadi daerah maju. Ia secara terus menerus melakukan inovasi, promosi hingga capaian prestasi direbutnya baik ditingkat Nasional maupun Internasional.
Dinamika politik begitu cepat dan dinamis. Saat pilgub digelar, Prof Nurdin Abdullah terpilih menjadi Gubernur SulSel periode 2018-2023 dengan Jargon Kerja Nyata.
Jelang tiga tahun kepemimpinannya, Prof Nurdin Abdullah terus bergerak membangun daerah. Sejumlah pembangunan spektakuler ditorehkan sehingga mendapatkan penghargaan nasional serta pengakuan sebagai Gubernur terbaik Se-Asia.
Saat ini, politik kembali terlihat memanas ditengah negara Perang melawan Covid 19. Pasalnya soal Pilkada serentak. Ragam pendapat bermunculan. Ada yang mengatakan pilkada serentak 2022, ada pula yang mengatakan pilgub serentak 2023. Dan Pilpres 2024.
Dalam konteks ini, sudah seharusnya setiap calon menyiapkan segalanya untuk mempromosikan diri didepan atau dibelakang tak menjadi soal. Sebab, hukumnya sama “NO Pidana”.
Karenanya, pergerakan Calon harus aktif dan massif memainkan irama politik berkualitas mengikuti dinamika politik yang berkembang.
Dibutuhkan sikap tegas. Bergerak secara senyap maupun bergerak terang2an, calon tersebut tak boleh ragu atau menunggu bulan akan jatuh kebumi, akan tetapi harus mahir mengendalikan issu dengan menggunakan seluruh perangkat media yang ada.
Begitulah Seni dalam berpolitik yaitu seni mengaduk-aduk dengan berbagai racikan issu guna mempopulerkan diri agar dikenal dan pysikologi publik ikut terpengaruh.
Implikasinya, tentu ada yang positif, ada pula yang negatif. Itulah hukum “dialektika”. Perkara kita diam, Kita gerak tetap saja ada yang kritik.
Karena itu, kita jangan “baperan” bila ada yang ingin maju di Pilkada 2022, 2023. Jangan pula kita kehilangan akal sehat bila ada yang di promosikan jagoannya sebagai capres dan cawapres 2024, sebab demokrasi kebebasan berfikir dan berpendapat dijamin UUD.