MC-Jatim, Seperti diketahui, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wahid Wahyudi meminta 4 Kabupaten/Kota tersebut, segera melakukan uji coba tatap muka. Hal ini disampaikan saat ditemui awak media, Rabu (14/4/2021).
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Dinas Pendidikan Jatim, setelah mengevaluasi pembelajaran jarak jauh, ada penurunan kualitas pendidikan. Mulai Agustus 2020 lalu, Jatim satu-satunya provinsi yang melakukan uji coba sekolah tatap muka. Saat ini, tinggal 4 kabupaten/kota yang belum uji coba, saya harapkan sesegera mungkin melakukan uji coba tatap muka, yaitu Kota Surabaya, Kota Malang, Kabupaten Kediri, dan Kota Kediri.”
Ditambahkan, menurut Wahid, sekolah tatap muka harus segera dilakukan di semua daerah. Untuk sekolah yang sudah siap sarana prasarana sesuai protokol kesehatan COVID-19, diminta segera melakukan uji coba. “Kita menanggulangi COVID-19 tanpa harus mengorbankan, menurunkan kualitas pendidikan,” sambungnya.
Pernyataan mantan Kadishub Jatim tersebut direspon positif oleh banyak kalangan, baik aktivis, ibu rumah tangga, maupun tenaga kependidikan.
“Keinginan mulia Gubernur Khofifah dan Kadindik Jatim sangat wajib didukung semua pihak. Karena kalau kita sayang dengan perkembangan pendidikan, ilmu, moral, dan agama generasi mendatang, maka kita harus memikirkan dan berbuat bagaimana tidak terjadi lost generation dalam hal itu. Kasihan jika terus menerus sekolah dijalankan daring dengan dalih takut terkena Covid 19 atau sebagainya, tapi tidak berpikir dampak kognitif dan psikis anak”, jelas aktivis perempuan, Dr. Lia Istifhama atau yang sering dipanggil Ning Lia.
“Sekarang perkembangan digital sangat luar biasa dan mengubah banyak aspek, terutama dalam hal kebiasaan permainan anak-anak. Anak-anak yang masih bayi saja sudah biasa dilihatkan game online maupun content-content video melalui gadget orang tuanya, apalagi anak-anak yang sudah besar, semakin biasa dengan gaming. Masalahnya, apa semua anak bisa mengkontrol waktu mereka? Karena seyogyanya anak harus memiliki waktu berinteraksi sosial dengan kehidupan nyata, bukan malah terbiasa dengan kehidupan maya”, tambahnya.
Hal senada disampaikan oleh tenaga pendidik yang juga pemilik D’Kacong Art Bangkalan, Shofi Shofiyah.
“Saya kasihan lihat anak-anak yang mengalami penurunan perkembangan, terutama dalam segi literasi, yaitu hafalan, menulis, dan membaca. Maka dari itu, saya berusaha merayu tetangga saya agar tetap membujuk anak-anaknya supaya mengisi waktu mereka dengan berbagai aktivitas pembelajaran, salah satunya bidang seni. Saya sendiri, tidak membatasi waktu jika ada anak tetangga yang kemudian ke rumah untuk belajar melukis atau menggambar. Kalau dulu sebelum daring, anak-anak disiplin kursus secara berkelompok, sekarang tidak bisa dipaksakan karena minat belajar tidak seperti dulu.”
Dari sisi orang tua, banyak pula yang menyambut positif keinginan Gubernur Jatim, diantaranya Evana dan Fitri Permatasari.
“Saya senang kalau sekolah tatap muka segera dicoba, sebenarnya lebih cepat lebih baik, misalnya saat bulan Ramadlan dengan model pondok Ramadhan. Kalau bisa tingkat SD juga dilakukan yang sama, jangan hanya SMA karena anak saya masih SD dan SMP,” terang Evana, warga Rungkut yang merupakan karyawan di sebuah pabrik.
Sedangkan Fitri yang merupakan karyawan swasta, ingin uji coba direalisasikan dan segera menjadi Langkah awal sekolah berjalan normal lagi.
“Selama daring, mengajak anak belajar sangat susah karena sudah kecanduan gadget. Padahal seharusnya mereka lebih berkembang aspek motorik dan psikomotorik selama pendidikan di sekolah sesuai usianya. harapan saya, Jatim segera memenuhi cita-cita mulia tersebut dan semoga sekolah bisa segera normal lagi. Jangan sampai terjadi terjadi keterlambatan Pendidikan di negeri ini”, jelasnya,.( MW )