MC, Surabaya- Dinas Kesehatan Jawa Timur didukung oleh USAID TBPS (Turberculois Private Sector) menggelar Pertemuan Training of Trainer Aplikasi Wajib Notifikasi Tuberkulosis (WIFI-TB) bagi 13 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Prioritas DPPM (District Public Private Mix) pada 9-10 Agustus 2022 di hotel Santika Gubeng Surabaya.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk sosialisasi aplikasi pelaporan tuberkulosis bagi dokter praktik mandiri dan klinik yang menemukan terduga dan kasus tuberkulosis. Saat ini Indonesia menjadi negara dengan beban kasus TBC tertinggi ketiga di Dunia sehingga harus ada langkah konkrit untuk semakin memperluas penemuan dan pelaporan kasus TBC.
Seperti yang dikatakan Dian, pengelola program TBC di Dinas Kesehatan Jawa Timur bahwa Laporan kasus tuberkulosis ini menjadi pelaporan yang wajib dilakukan oleh semua fasyankes (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) baik pemerintah maupun swasta.
Laporan tersebut menggunakan aplikasi yang disebut Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB), dan juga ada aplikasi bantu lainnya sehingga memudahkan fasyankes terutama pihak swasta yang memang memiliki keterbatasan SDM untuk proses penginputan atau pelaporan.
“Jadi salah satu aplikasinya menggunakan aplikasi WIFI-TB (wajib notifikasi tuberkulosis), Memang aplikasi ini dikhususkan untuk DPM (Dokter Praktik Mandiri) ataupun klinik yang mana mereka menemukan terduga TBC atau mengobati pasien TBC namun terkendala SDM untuk pelaporan. ” Jelas Dian pada Rabu 10 Agustus 2022.
“Aplikasi WIFI-TB ini bisa diakses menggunakan smartphone, alur pelaporan lebih sederhana, sehingga memudahkan DPM/klinik, apabila menemukan terduga bisa langsung diinput dan datanya tersambung di akun WIFI-TB di tingkat Puskesmas sehingga bisa langsung ditindaklanjuti”. Lanjut Dian.
Hingga saat ini pelaporan aplikasi WIFI-TB hanya menggunakan sistem online, sedangkan aplikasi utama pelaporan TBC oleh Kementerian Kesehatan yaitu SITB telah difasilitasi versi online dan offline, sehingga tetap dapat digunakan pada wilayah yang kesulitan akses internet.
“Wilayah Jawa Timur relatif cukup mudah akses internet sehingga harapannya penggunaan sistem aplikasi online tidak menyulitkan. Data yang diinput oleh fasyankes di 38 Kabupaten/Kota bisa didownload datanya, dan kami evaluasi tingkat capaian per kabupaten/kota maupun fasyankes”. Terang Dian
Diketahui bahwa pengobatan penyakit TBC sekitar 6 bulan, namun penyakit tersebut bisa disembuhkan.
“Jadi tidak perlu khawatir, tidak perlu merasa malu, dan jangan menganggap TBC sebagai aib. Obatnya sudah difasilitasi oleh pemerintah, semuanya gratis dan semua faskes bisa mengobati”. Jelas Dian
Menurut Dian, penyakit TBC jika tidak segera ditemukan dan tidak segera diobati justru penularannya semakin meluas. Dengan adanya aplikasi ini, diharapkan agar penyakit TBC dapat terlaporkan dan segera diobati hingga tuntas.
“Harapan kami aplikasi ini bisa dimaksimalkan terutama di tingkat DPM atau klinik karena memang berdasarkan penelitian masyarakat itu lebih banyak memilih berobat ke DPM, ataupun klinik swasta dibandingkan faskes pemerintah. Nah dengan adanya aplikasi WIFI-TB ini yang memang sederhana secara alur pelaporan dibandingkan SITB, sehingga harapannya untuk laporan kasus TBC semakin optimal.” Terang nya
“Pola hidup sehat, Cuci tangan, pakai masker menjadi yang utama untuk mencegah penularan TBC. Jadi ada sisi positifnya pandemi Covid ini karena masyarakat menjadi semakin waspada, semakin sadar bahwa mencuci tangan, melakukan etika batuk, menggunakan masker itu sesuatu yang penting. Jadi tetap jaga pola hidup yang sehat, makan makanan yang bergizi, menerapkan etika batuk, Cuci tangan, pakai masker itu harus terus diaplikasikan di masyarakat”. Tutup Dian (adi)