MC,Surabaya- DPC PDI P Kota Surabaya menggelar Nobar (Nonton Bareng) Debat putaran pertama Capres di Pilpres 2024 pada Selasa 12 Desember 2023 di Kantor DPC PDI P di kawasan jalan Setail Surabaya.
Hadir dalam acara tersebut para kader, relawan serta warga masyarakat yang antusias menyaksikan jalan nya debat ketiga Capres Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Dalam kesempatanya, Ketua DPC PDI Surabaya Adi Sutarwiyono terpukau dengan konsep dan penampilan yang dibawa Capres no urut 3 Ganjar Pranowo.
Menurut Adi, Ganjar Pranowo memberikan program dengan Jargon Sat Set dan memberikan banyak solusi atas berbagai problem di masyarakat.
“Kami menonton di kantor DPD PDI Perjuangan Kota Surabaya bersama para relawan bersama kader-kader perjuangan, bersama warga masyarakat dan juga bersama kaum milenial yang menyaksikan dengan antusias penampilan Ganjar Pranowo sebagai calon Presiden Nomor 3”. Terang Adi Sutarwiyono.
“Kemudian berbagai program tadi yang dikemukakan, salah satunya adalah pendidikan wajib belajar 12 tahun gratis yang dibiayai negara, ini yang nanti akan memastikan siswa belajar mendapatkan akses pendidikan yang sama, karena itu kemudian mereka mendapatkan kepastian pembiayaan dari pemerintah”. Jelasnya.
Selain itu , Ganjar yang mantan Gubernur Jawa Tengah 2 periode tersebut mengusung konsep keberpihakan bagi demokrasi dan Hak Asasi Manusia.
“Seru, adu argumen yang kita saksikan dengan seksama, tapi saya memberikan nilai yang sangat memuaskan bagi penampilan Ganjar Pranowo”. Lanjutnya.
“Di Putaran Kedua semoga Ganjar lebih bersemangat dan kemudian banyak melahirkan gagasan-gagasan yang original, gagasan-gagasan yang membawa percepatan pergerakan pembangunan Indonesia di masa 5 tahun ke depan”. Terang Adi Sutarwiyono.
Selain itu, Juru Kampanye Ganjar-Mahfud kota Surabaya yang turut hadir sekaligus tokoh masyarakat dan seniman Jodi Galajapo turut mengapresiasi penampilan Capres Ganjar Pranowo dengan program pendidikan yakni ‘satu keluarga miskin harus punya satu sarjana’.
“Kalau kita mau fair ya kan dengan cerdas, waras, sehat, kita bisa melihat bagaimana tampilan Bapak Ganjar pranowo, kita berharap semuanya (bersama Ganjar Pranowo) untuk bisa menuju ke Indonesia emas 2045 yakni kebangkitan nusantara”. Terang Pria yang akrab dipanggil abah Jodi.
“Maka pilih (Capres) yang sehat jasmani, sehat rohani dan sehat keluarga, saya kira 3 S itu yang paling penting. Agar keberlangsungan dari cita-cita Bung Karno cita-cita para Funding father kepada kita ini akan terwujud”. Lanjutnya.
Jodi menilai dari segi artikulasi, diksi yang ditampilkan Ganjar terpancar Aura kepemimpinan pada sesi debat perdana Capres yang digelar di gedung KPU RI di Jakarta.
“Program pendidikan wajib 12 tahun gratis, tambah lagi satu keluarga miskin harus punya satu sarjana. ini luar biasa ini jembatan emas untuk menuju Indonesia emas”. Terang Jodi.
Sedangkan Dalam Closing Statement nya dalam debat Capres, Ganjar Pranowo mengatakan momen ini merupakan panggilan sejarah buat dirinya dan Mahfud MD. Ganjar yang seorang anak polisi berpangkat tidak tinggi, bertugas di kecamatan.
“SedangkanPak Mahfud, bapaknya pegawai kecamatan. Kalau kita berada pada momentum yang sama, kami dan pak Mahfud ini adalah orang kecil yang kalau bapaknya rapat kira-kira anggota forkompincam. Kami hanya di level kecamatan, kami telah terbiasa mencoba mendengarkan keluh kesah rakyat”. Terang Ganjar.
“Panggilan sejarah inilah yang coba kita klasifikasi dari seluruh persoalan yang muncul bagaimana kita memberikan afirmasi terhadap kelompok rentan, ada kelompok perempuan, penyandang disabilitas, anak-anak, termasuk manula. Mereka butuh perhatian yang lebih”. Lanjutnya.
“Maka inilah cara kita membangun melibatkan mereka tanpa meninggalkan mereka, no one left behind. Bagaimana pemerintah bisa betul-betul melayani dengan memberikan teladan dari pemimpin tertinggi yang antikorupsi, yang menunjukkan integritas, yang menunjukkan layanan pemerintah yang mudah, murah, cepat, sat set”. Sambungnya.
“Kalau itu bisa kita lakukan, maka betapa bahagianya rakyat ini, pemerintah ini ada. Yang ketika dikritik tidak baperan, yang ketika media menulis mereka merasa ini vitamin buat dirinya, bukan sedang merongrong apalagi kemudian merasa terancam. Maka kalo lah kemudian demokratisasi ini bisa kita laksanakan dengan baik sesuai dengan amanah reformasi, enggak ada lagi cerita Bu Sinta, nggak ada lagi Mas Butet, nggak ada cerita Melky, tidak ada itu karena dewasa kita dalam berdemokrasi”. Terang Ganjar.
“Dalam penghormatan terhadap hak mereka, konsisten antara pikiran perkataan dan perbuatan dan saya berdiri bersama korban untuk keadilan”. Ungkap Ganjar. (Adi)