Pemkot Surabaya Hadiri Event ICAS ke 13 Di Unair, Ini Yang Disampaikan !

Berita727 Dilihat

MC, Surabaya- Sekda Kota Surabaya Iksan menghadiri penyelenggaraan untuk kegiatan International Competitions and Assessments for School (ICAS) ke-13 pada Senin 29 Juli 2024.

Acara yang bertema ‘Towards the Surabaya Old Town Heritage Revitalization Program: Prospects, Challenges, and Its Future’ tersebut di gelar di gedung pasca sarjana Unair kampus B.

Iksan menyampaikan bahwa event ini akan punya banyak manfaat baik dari pihak perguruan tinggi maupun para akademisi nya maupun Pemkot Surabaya.

Menurut Iksan, banyak hal tentang masukan-masukan yang bisa di pakai Pemkot di Kota Surabaya itu apakah sudah sesuai atau tidak.

“Mungkin kami menyerap antara ide-ide baru lagi yang selama ini susah, ternyata ada yang kita bisa contoh yang dilakukan di negara lain. tentunya Icas ini sangat membantu”. Terang Iksan.

Sedangkan di dunia ekonomi kreatif, Pemkot Surabaya sedang melakukan pengembangan ekonomi kreatif untuk warga. yang bisa manfaatnya bagi UKM nya.

“Termasuk bagi anak-anak milenial sekarang yang lagi senang senangnya menggunakan tekhnologi dengan menggunakan medsos. Mereka bisa membantu UKM yang kita kembangkan. Sehingga bisa sama sama bermanfaat”. Sambungnya.

Selain itu, para ahli semua mereka juga menceritakan punya pengalaman di negaranya (Belanda). Bahkan berbeda yang dilakukan Surabaya dengan daerah-daerah lain.

“Mereka ada keprihatinan di daerah-daerah lain itu kan banyak bangunan-bangunan bersejarah yang dirobohkan. Mereka juga bagaimana bisa belajar dari kota Surabaya untuk menjaga bangunan-bangunan bersejarah dan bisa memberi manfaat kepada masyarakat”. Lanjutnya.

“Selanjutnya kami sudah punya program-program yang masih kita akan kembangkan, kita konsentrasinya di wilayah cagar budaya untuk di Wisata pecianannya, eropanya, Kampung arab dan Melayu”. Sambungnya.

“Tapi masih banyak yang belum terekspos dan sudah kita lakukan di Surabaya, bagaimana kita mengembangkan kampung kita”. Terangnya.

Iksan juga menyampaikan pentingnya untuk bisa meningkatkan, kesejahteraan masyarakat di kampung tersebut. Menurutnya selain kampungnya terjaga, kampungnya menjadi indah, guyub rukun.

“Antara penghuninya, anak-anaknya juga kemudian terjaga, menjaga anak-anak yang ada di kampung tersebut. Jika kemudian bisa meningkatkan perekonomian mereka dari penghasilan yang di kampungnya masing-masing”. Lanjutnya.

“Penghasilan dari ukm ukm yang mereka kembangkan, apalagi sekarang Pak Walikota lagi mengembangkan kampung madani. Bagaimana di kampung bisa semua warganya hidup rukun saling membantu. Sehingga yang mampu membantu yang tidak mampu, membantu keluarga miskin, membantu anak-anak putus sekolah, membantu ibu-ibu para janda janda yang hidup sendiri. Itulah konsep kampung madani di surabaya”. Ungkap Iksan.

Sebelumnya diberitakan bahwa Universitas Airlangga (Unair) menjadi tuan rumah penyelenggara untuk kegiatan International Competitions and Assessments for School (ICAS) ke-13.

Tahun ini, Unair sebagai tuan rumah telah menentukan 11 titik di Kota Surabaya sebagai lokasi berlangsungnya kegiatan.

ICAS pertama kali diinisiasi oleh International Institute for Asians Studies (IIAS) yang berpusat di Leiden, Belanda. ICAS diinisiasi sebagai wadah diskusi dan berbagi wawasan terkini tentang Asia.

Tidak hanya panggung diskusi antar akademisi, ICAS turut melibatkan praktisi budaya, kesenian, hingga masyarakat sipil.

“Kampus bukan satu-satunya tempat ilmu pengetahuan diproduksi, tapi juga menjadi tempat yang bersinergi dengan masyarakat, seniman, ataupun berbagai kelompok masyarakat lainnya,” tutur Lina Puryanti SS MHum Phd selaku Direktur AIIOC.

Mengenal Sejarah dan Tujuan ICAS

Tidak hanya terbatas pada ruang lingkup akademik yang formal, ICAS berupaya untuk menciptakan ruang yang kolaboratif bagi berbagai pihak, seperti akademisi profesional, praktisi budaya, maupun pemerintah.

IIAS sebagai lembaga pertama yang menginisiasi pun mendorong visi ICAS untuk menjembatani antara bidang keilmuan dan komunitas dengan menciptakan ruang diskusi yang kreatif dan berkelanjutan mengenai masa depan Asia.

“IIAS merupakan program berusia 30 tahun yang berusaha mengkolaborasikan akademisi dan masyarakat dari berbagai negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin guna mempromosikan inklusivitas ilmu pengetahuan,” tutur Direktur IIAS, Prof Philippe Peycam.

Lebih lanjut, Prof Philippe menyampaikan bahwa tujuan utama IIAS adalah mempromosikan riset, mendukung edukasi, menghubungkan komunitas lintas negara serta membantu menghubungkan negara-negara Asia.

Sejalan dengan tujuan utama IIAS, ICAS ke-13 mengusung tema utama berupa Crossways of Knowledge dan berbentuk conference festival atau confes.

“Confes menjadi hal yang penting di mana Surabaya menjadi playground para peneliti, seniman, dan budayawan. Melalui ICAS ini yang kami harapkan surabaya bisa semakin berkembang,” tutur Prof Philippe.

Untuk mewujudkan kegiatan konferensi festival ini, tentunya berbagai pihak akan turut terlibat. Tidak hanya para akademisi ataupun pihak pemerintah, tetapi juga berbagai komunitas masyarakat, bahkan masyarakat sipil.

Keterlibatan dan kolaborasi pihak-pihak inilah yang menjadi penunjang kesuksesan ICAS.

“ICAS ke-13 diadakan tahun ini memenuhi tujuan itu dengan memberdayakan komunitas di kota-kota yang terpilih. Surabaya dipilih karena kekayaan kultural yang khas,” jelas Prof Philippe.
IIAS Gandeng AIIOC untuk Wujudkan Visi ICAS

Penyelenggaraan ICAS yang ke-13 ini, IIAS turut bekerja sama dengan Airlangga Institute of Indian Ocean Crossroads (AIIOC) sebagai sekretariat pelaksanaan ICAS ke-13. AIIOC ialah lembaga independen milik Unair yang resmi berdiri pada 8 Mei 2023. Pendirian lembaga ini menjadi tindak lanjut atas kerja sama Unair dengan IIAS.

AIIOC didirikan sebagai bentuk dedikasi Unair terhadap pengembangan interdisiplin ilmu. AIIOC merupakan suatu platform internasional yang berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan kolaborasi lintas disiplin ilmu, lintas batas, bahkan lintas area.

“AIIOC ini sendiri lembaga yang baru, tidak didirikan oleh perseorangan atau satu pihak saja, tetapi oleh Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik, dan Ilmu Budaya, serta dimonitori oleh IIAS,” jelas Lina Puryanti

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed