Dalam Upaya Kewaspadaan Pangan Dan Gizi, DispertaKP Prov Jatim Akan Gelar Rakor Gerakan Selamatkan Pangan

Berita275 Dilihat

MC, Surabaya – Sebagai upaya pencegahan dan pengurangan Food Loss and Waste sebagai upaya Kewaspadaan pangan Dan Gizi, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur akan menggelar Rapat Kordinasi pelaksanaan Gerakan Selamatkan Pangan (GSP) pada Jumat, 9 Agustus 2024.

Acara tersebut akan digelar di Ruang Oryza sativa, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Jl. A.Yani No.152, Gayungan, Kota Surabaya.

Seperti yang disampaikan Kepala DispertaKP Dydik Rudi Prasetya bahwa acara ini menjadi perhatian serius Indonesia dan negara negara di dunia sesuai komitmen dalam Sustainable Development Goals (SDGs) ke-12 poin ke-3, yaitu negara negara di dunia diharapkan dapat mengurangi 50 persen food waste per kapita di tingkat retail dan konsumen pada tahun 2030.

Di sisi lain, kegiatan ini juga mendukung capaian target SDGs ke-2, Zero
Hunger (tanpa kelaparan). Indonesia berkomitmen dalam pencapaian target SDGs 12.3 sebagaimana dituangkan pada Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024, khususnya pada Prioritas Nasional ke-1, yaitu memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan.

“Selanjutnya komitmen tersebut dijabarkan dalam program prioritas ke-3 peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas konsumsi pangan, melalui kegiatan prioritas ke-5 peningkatan tata kelola sistem pangan nasional serta arah kebijakan pengelolaan food waste”.
Terang Dydik

“Menurut kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, FLW di Indonesia pada tahun 2000-2019 berkisar 23-48 ton per tahun, setara dengan 115–184 kilogram per kapita per tahun, yang berarti masing-masing orang menyumbang lebih dari 1 (satu) kwintal sampah pangan per tahun.

Selanjutnya Dydik menyanpaikan bahwa Potensi FLW tersebut dapat disalurkan untuk memberi makan 61125 juta orang atau 29-47% populasi Indonesia. Hal ini juga berdampak pada kerugian ekonomi sekitar Rp213-551 per tahun atau setara 4-5% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Timbulan FLW juga berkontribusi
terhadap emisi gas rumah kaca (GRK) yang diestimasi sebesar 1.702,9 Mt CO2 EK, dengan rata-rata kontribusi per tahun setara dengan 7,29% emisi GRK Indonesia.

“Sementara itu, di Indonesia masih terdapat 68 kabupaten/kota yang rentan rawan
pangan (FSVA Nasional, 2023), 21,6% yang mengalami stunting (SSGI, 2022) dan sebanyak 23,5 juta jiwa atau 8,53% penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi (kalori) kurang dari standar minimum untuk hidup sehat, aktif, dan produktif (BPS, 2023). Secara khusus di Jawa Timur terdapat 4 Kecamatan yang rentan rawan pangan (FSVA Provinsi Jawa Timur, 2023), 21,5 % mengalami stunting (SKI, 2023) dan sebanyak sebanyak 3,3 juta jiwa (8,09%)
penduduk Provinsi Jawa Timur mengkonsumsi energi (kalori) kurang dari standar minimum untuk hidup sehat, aktif dan produktif”. Lanjutnya.

Selain itu Dydik mengungkapkan bahwa acara ini Sebagai wujud komitmen dan kehadiran pemerintah dalam upaya pencegahan Food Loss and Waste sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 14 dan Pasal 43 Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2021, pada Tahun 2022 Badan Pangan Nasional bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur telah menginisiasi Gerakan Selamatkan Pangan untuk pencegahan dan pengurangan food loss and waste dalam rangka Kewaspadaan Pangan dan Gizi.

“Fokus utama gerakan ini dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan utama, yaitu: (1) mencegah terjadinya kemubadziran/pemborosan pangan melalui penetapan kebijakan dan upaya sosialisasi, promosi dan advokasi kepada seluruh pihak dan seluruh elemen masyarakat; dan (2)
fasilitasi aksi penyelamatan pangan untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Melalui Gerakan Selamatkan Pangan, pangan berlebih dapat dimanfaatkan untuk turut mendukung upaya menurunkan kerawanan pangan dan gizi di
Indonesia”. Jelasnya.

“Keberhasilan penanganan Food Loss and Waste memerlukan komitmen dan
kolaborasi lintas sektor. Diperlukan sinergi dan kolaborasi dengan seluruh pemangku
kepentingan (stakeholders) dari hulu ke hilir bersama sektor pentahelix ABCGM
(Academics, Bussiness, Community, Goverment, and Media) baik di pusat maupun daerah”. Terangnya

Dydik melanjutkan bahwa Kehadiran pemerintah bersifat strategis dalam mengkoordinasikan, menetapkan
kebijakan, dan mensosialisasikan Gerakan Selamatkan Pangan serta melakukan upaya
intervensi.

“Tujuan pelaksanaan kegiatan Rapat Koordinasi Gerakan Selamatkan Pangan (GSP) Provinsi Jawa Timur Tahun 2024 ini adalah yakni Melakukan koordinasi dan advokasi dengan sektor pentahelix di Provinsi Jawa Timur terkait kegiatan Gerakan Selamatkan Pangan”. Sambungnya.

“Selain itu Merumuskan aksi nyata Gerakan Selamatkan di Provinsi Jawa Timur Pangan pada berbagai sektor
serta Melakukan sosialisasi/promosi kepada para pihak terkait Gerakan Selamatkan Pangan”.Lanjutnya

“Adapun sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah perwakilan sektor pentahelix
ABCGM (Academics, Bussiness, Community, Goverment, and Media) yang ada di Provinsi Jawa Timur”.Terang Dydik.

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed