MC, Surabaya- Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur (Distan KP Jatim) mengadakan kegiatan Koordinasi dan Sosialisasi Gerakan Selamatkan Pangan (GSP) Tahun 2024, Jumat (9/8/2024). Kegiatan ini diadakan dengan tujuan untuk melakukan koordinasi dan advokasi dengan sektor pentahelix di Provinsi Jawa Timur terkait kegiatan GSP.
Bertempat di Lt. 2, Ruang Oryza Sativa kantor Distan KP Jatim Surabaya, kegiatan ini dipimpin oleh Kepala Bidang Ketahanan Pangan Pujiati Ningsih dan dihadiri oleh Founder CEO Relawan Garda Pangan, Bachtiar Eva. Agenda pembahasan dalam kegiatan ini adalah, penyusunan draft surat edaran serta rencana aksi GSP Provinsi Jawa Timur Tahun 2024.
Adapun peserta rapat ialah, perangkat daerah terkait dalam Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim), Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Surabaya, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI), Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Jawa Timur, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Jawa Timur, serta Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim Rudy Didik melalui Kepala Bidang Ketahanan Pangan Pujiati Ningsih menjelaskan, GSP ini adalah terkait semua makanan yang belum tentu dan tidak bisa dikonsumsi. Masih ada pangan berlebih yang beresiko terbuang sedikit kita selamatkan.
“Selama ini kegiatan kita masih dalam bentuk promosi GSP. Kita menyampaikan ke masyarakat, kalau sampah pangan Indonesia itu besar sekali, negara kita nomor dua dan sepertiga pangan yang diproduksi itu terbuang. Untuk itu kita melakukan promosi sosialisasi ke masyarakat terkait kebijakan dalam memanfaatkan pangan, karena masyarakat di Jawa Timur ini masih ada yang membutuhkan,” jelas Puji.
Pangan yang berlebih dan beresiko terbuang, diterangkan Puji, biasanya oleh relawan Garda Pangan akan disalurkan ke masyarakat yang masih membutuhkan, dan itu sangat-sangat membantu.
“Makanya kita harus bisa lebih berhemat lagi untuk membuang sampah pangan. Pangan itu sisa pangan berlebih, bukan sampah ya. Pangan berlebih yang beresiko terbuang. Contohnya kalau kita ada acara pernikahan, biasanya kan masih nasi putih sisa, sayuran sisa, kadang kalau itu tidak didonasikan, itu kan otomatis terbuang ya. Nah, itu loh yang menyebabkan sampah,” terang Puji.
Puji mengimbau, jangan sampai makanan dan bahan makanan yang masih bisa layak dikonsumsi itu terbuang. Kalau yang masih bisa dikonsumsi, belum jadi sampah, pangan berlebih yang beresiko terbuang bisa dikonsumsi, itu bisa didonasikan.
“Kalau sampah rumah tangga kayak hasil kita masak ya, sisa-sisa sampah rumah tangga itu bisa kita, jangan kita buang ke sampah tapi kita manfaatkan bisa menjadi pupuk atau pestisida nabati. Itu harapan kami, berarti nanti sampah yang kita buangkan lebih sedikit lagi,” imbaunya. (KI, )