FEB Unair Gelar Konferensi Internasional KRA XII 2025, Bahas Etika, AI, dan Keberlanjutan dalam Pendidikan dan Riset

Berita340 Dilihat

MC, Surabaya — Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair) bekerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) resmi menyelenggarakan Konferensi Internasional KRA XII 2025 pada 2–3 Juni 2025.

Mengangkat tema “Empowering the Future of Education and Research: The Nexus of AI, Ethics, and Sustainability”, acara ini menjadi wadah diskusi global mengenai tantangan dan masa depan pendidikan serta penelitian di tengah disrupsi teknologi dan tuntutan etika global.

Konferensi yang berlangsung secara hybrid ini (kombinasi daring dan luring) diikuti oleh 470 peserta dari dalam dan luar negeri, termasuk dari Pakistan, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Australia, China, dan Taipei. Forum akademik ini dihadiri oleh para akademisi, peneliti, dosen, hingga mahasiswa dari jenjang S1 hingga S3.

Sambutan utama oleh Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Mohammad Nasih, S.E., M.T., Ak., CMA. Sementara itu, Dekan FEB Unair sekaligus Ketua IAI KApd Jatim, Prof. Dr. Dian Agustia, S.E., M.Si., Ak., CA., memberikan sambutan pembuka sebagai tuan rumah konferensi.

Dalam sambutannya, Dekan FEB Unair Prof. Dian Agustia menekankan bahwa profesi akuntansi kini menghadapi tantangan besar seiring kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI), isu etika, dan keberlanjutan.

“Memang profesi akuntansi saat ini menghadapi tantangan yang cukup berat seiring perkembangan AI, etika, dan sustainability. Namun kami di perguruan tinggi, khususnya dalam pendidikan akuntansi, harus mampu menjawab tantangan ini,” ungkapnya.

Ia juga menyatakan bahwa transformasi diperlukan dalam seluruh aspek tridarma perguruan tinggi, termasuk riset, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat.

“Kami harus melakukan transformasi dalam riset, pendidikan, dan pengembangan komunitas. Konferensi hari ini menekankan bahwa profesi akuntansi juga terdampak dan harus menjawab tantangan sustainability di tingkat perguruan tinggi,” jelasnya.

Prof. Dian mengatakan bahwa etika harus menjadi fondasi sejak awal dalam pendidikan akuntansi, mengingat salah satu karakter utama profesi ini adalah integritas. Ia juga menyerukan komitmen bersama dari seluruh insan akuntansi untuk menjaga keberlanjutan lingkungan hidup.

“Perkembangan AI dan isu etika menuntut para pendidik tidak hanya berlandaskan pada keilmuan, tetapi juga mampu menghasilkan riset yang berdampak langsung pada pendidikan. Karena salah satu ciri utama profesi akuntansi adalah integritas,” tambahnya.

Konferensi KRA XII 2025 ini turut menghadirkan deretan pembicara internasional ternama, antara lain:

Prof. Grantley Taylor (Curtin University, Australia)

Assoc. Prof. Mahmoud (University of Derby, Inggris)

Assoc. Prof. Noor Adwa Sulaiman (Universiti Malaya, Malaysia)

Prof. Dr. Arnel Onesimo U. Uy (De La Salle University, Filipina)

Dr. Thando Loliwe (University of Dundee, Skotlandia)

Dr. Neytullah Ciftci (Inggris)

Assoc. Prof. Ha Anh Thi (Ton Duc Thang University, Vietnam)

Tak hanya akademisi, konferensi ini juga menggandeng guru-guru SMA dan SMK untuk menumbuhkan minat siswa terhadap profesi akuntansi, serta melibatkan pelaku UMKM sebagai bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat.

“Melalui kolaborasi ini, kita ingin menciptakan sinergi yang berkelanjutan antara akademisi dan masyarakat sekitar,” ujar Prof. Dian.

Konferensi KRA yang telah memasuki edisi ke-12 ini juga melibatkan 53 Perguruan Tinggi se-Indonesia serta seluruh civitas akademika FEB Unair.

“Dengan semangat keilmuan dan kontribusi nyata bagi masyarakat, KRA XII 2025 diharapkan menjadi forum penguatan posisi FEB Unair sebagai pusat riset dan pengabdian masyarakat yang berdampak secara nasional dan global” Ungkapnya.

Sedangkan Inspektur Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Arief Tri Hardiyanto, menyampaikan pentingnya integrasi antara kecerdasan buatan (AI), etika, dan keberlanjutan sebagai pilar utama dalam masa depan pendidikan dan penelitian. Hal ini ia ungkapkan dalam pidato kunci pada Konferensi Regional Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) ke-12 yang digelar di Surabaya.

Dengan mengusung tema “Empowering the Future of Education and Research in the Nature of AI, Ethics, and Sustainability”, konferensi ini menjadi ajang penting bagi insan akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan untuk merumuskan strategi dalam menghadapi tantangan teknologi yang kian pesat.

“Kecerdasan buatan telah merevolusi cara pengetahuan diciptakan, dibagikan, dan diterapkan. Namun, kita tidak boleh lupa akan risiko seperti bias algoritma dan otomatisasi berlebihan,” ujar Arief.

Dalam paparannya, Arief menekankan pentingnya AI sebagai katalis dalam inovasi pendidikan, mulai dari personalisasi pembelajaran hingga optimalisasi tugas administratif. Namun, ia juga mengingatkan bahwa adopsi teknologi ini harus dilakukan secara bertanggung jawab, dengan mengedepankan prinsip-prinsip etika.

Ia menggarisbawahi peran vital institusi pendidikan dalam membekali peserta didik tidak hanya dengan keterampilan teknis, namun juga dengan literasi digital dan pemahaman kritis terhadap keterbatasan teknologi.

“Etika harus menjadi landasan dalam desain dan penerapan sistem AI, terutama dalam isu-isu seperti privasi data, keadilan akses, dan integritas ilmiah,” tambahnya.

Selain itu, Arief menyoroti pentingnya keberlanjutan sebagai agenda utama. Menurutnya, integrasi AI dan nilai-nilai keberlanjutan dapat mendukung upaya global dalam menghadapi krisis lingkungan, mendorong efisiensi energi, serta melahirkan inovasi hijau yang berdampak luas.

“Transformasi ini tidak mudah, namun kolaborasi lintas disiplin, reformasi struktural, dan kepemimpinan berani adalah kunci untuk mewujudkannya,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Arief juga menegaskan komitmen Ikatan Akuntan Indonesia dalam mendorong transformasi akuntansi modern yang menggabungkan data-driven insights, penyesuaian etis, dan dampak keberlanjutan. Ia menyampaikan bahwa IAI akan meluncurkan standar pengungkapan keberlanjutan yang selaras dengan standar internasional, yakni ISSB S1 dan S2.

Menutup pidatonya, Arief turut mempromosikan sejumlah agenda penting IAI ke depan, termasuk Simposium Nasional Akuntansi (SNA) ke-28 dan International Conference for Accounting Educators 2025 yang akan diselenggarakan di Universitas Melaka, Bali pada 10–12 September 2025, serta puncak peringatan HUT ke-68 IAI dan IFAC Connect yang akan digelar di Jakarta pada Desember mendatang.

“Akuntan masa depan bukan hanya harus cakap secara teknis, tetapi juga adaptif, inovatif, dan memiliki komitmen tinggi terhadap etika dan keberlanjutan,” pungkasnya.

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed